Selasa, Mei 01, 2018

Memahami Surat Al Fatihah (Bagian 1)

Frasa pertama dari Al-Fatihah adalah yang sering sekali diucapkan oleh muslim. Bunyinya adalah “Alhamdulillah”. Kita sering sekali menggunakan di percakapan sehari-hari, ketika saling bertemu, kamu bertanya apa kabarnya. Dan kemudian mereka langsung menjawab, “Alhamdulillah”. Frase ini akan lebih kita perdalam. Apa yang saya pikirkan adalah bahasanya. Bukan hanya apa yang Allah katakan, tapi juga bagaimana cara Allah mengatakannya, ketimbang bentuk lain pengucapannya.

Terjemahan dari Alhamdulillah biasanya adalah, “Segala puji bagi Allah” atau “Terima kasih Allah”. Ini terjemahan yang cukup menarik. Banyak terjemahannya adalah “Segala puji bagi Allah atau Terima kasih Allah”.
Dua Arti Kata “Hamd”, Pujian dan Terima kasih. Apa Bedanya?

Saya akan mulai dengan kata ‘Hamd’, yang dalam Bahasa Arab memiliki 2 arti. Saya ingin semua yang membaca di sini mengingatnya. Kata ‘Hamd’ memiliki 2 arti, yang pertama berarti “Pujian”, yang kedua berarti “Terima kasih”. Pujian dan Terima Kasih. Ini adalah 2 hal yang berbeda, bukan suatu hal yang serupa. Yang pertama yang ingin saya bahas adalah, apa bedanya antara memuji dan berterima kasih. Ini hal pertama yang perlu kita ingat.


1. Contoh Memuji

Misalnya, kamu sedang di jalan, dan kamu melihat mobil yang bagus sekali. Apa yang kamu lakukan? Memuji atau berterima kasih? Pastinya memuji. Apakah mungkin kamu datangi mobil itu dan mengusapnya sambil berkata, “Terima kasih banyak BMW”, tentu kamu tidak akan melakukan itu kan, tapi kamu akan mengatakan, “Mobilnya bagus!”. Kamu memuji.

Contoh lainnnya. Misalnya kamu mengunjungi rumah tetangga yang baru memiliki bayi. Kamu datang dan mengatakan, “Bayinya lucu sekali, cakep sekali.” Meskipun mungkin sebenarnya tak terlalu lucu :) . Yang kamu lakukan adalah memuji, bukan justru berterima kasih.

Contoh lagi, kalau sedang menonton olahraga, lalu atletnya sangat ahli, kamu akan memuji si atlet, “Wah, luar biasa itu.” Kamu tak berterima kasih, tapi memuji.


2. Berterima kasih, Tidak Otomatis Memuji

Tapi kalau berterima kasih, itu hal yang beda. Terima kasih diucapkan bila seseorang melakukan sesuatu untukmu. Jadi kalau kamu melihat sesuatu yang impresif, cantik, mengagumkan dan membuatmu tertarik, maka kamu akan memujinya. Tapi jika seseorang berbuat sesuatu yang baik padamu, maka kamu akan berterima kasih, kamu tak harus memujinya. Seseorang yang kamu puji, tak harus selalu kamu ucapkan terima kasih. Begitu juga sebaliknya, bila kamu berterima kasih, kamu tak harus memujinya juga.

Saya beri contohnya saat di mana kamu berterima kasih tapi tidak perlu memuji. Saya ambil contohnya dari Al Qur’an. Nabi Musa itu dibesarkan dalam keluarga yang menarik. Dia diadopsi oleh Firaun. Firaun membesarkannya, lalu beberapa tahun kemudian Nabi Musa pun kembali (untuk mendakwahinya). Firaun berkata, “Berani sekali kamu? Berani sekali kamu berkata seperti ini kepadaku?”. Firaun berkata, QS. Asy Syuara ayat 18, “Bukankah kami yang membesarkanmu sejak bayi di istana ini? Bukankah kamu menghabiskan banyak waktu hidupmu di sini? Sekarang kamu bicara begini kepadaku?”

Apa yang Firaun bilang pada Musa? “Apakah kamu tidak bersyukur?”. Dan jawaban dari Nabi Musa kala itu adalah… “Memang engkau berjasa bagiku, terima kasih.” Dengan kata lain, meskipun Firaun tidak pernah dipuji, dan tak pernah dipuji para nabi ataupun kaum muslimin, tapi bila ia berbuat baik, ia akan mendapat ucapan terima kasih. Ucapan terima kasih bisa ada, meski tanpa pujian.

Contoh lainnya. Al Qur’an berbicara tentang hak-hak orangtua. Para orangtua di sini pasti tahu karena sering memanfaatkan ayat ini. Al Qur’an berbicara tentang hak-hak orangtua. Allah berfirman tentang orangtua, “Bersyukurlah kepada-Ku dan pada kedua orangtuamu.” (QS. Luqman ayat 14). Dan ayat 15 : “Jika orangtuamu memaksamu untuk berbuat syirik, jangan patuhi mereka.” Syirik itu perbuatan yang amat buruk, tidak ada yang lebih buruk daripada syirik. Tapi di awal ayat dikatakan, kamu harus tetap bersyukur pada mereka. Dengan kata lain, jika mereka berbuat syirik, kamu tidak akan memuji apa yang mereka lakukan. Tapi tetap saja, mereka orangtuamu, jadi kamu harus tetap berterima kasih padanya. Coba pikirkan kisah Nabi Ibrahim a.s. Dia tidak memuji apa yang dilakukan ayahnya. Tapi dia tetap ucapkan terima kasih kepada ayahnya.

Maka yang pertama yang ingin saya sampaikan adalah, kata “Hamd” dalam Al-Fatihah berarti memiliki 2 hal, yaitu pujian dan terima kasih. Dua hal ini berbeda. Terkadang kamu bisa memuji tanpa perlu berterima kasih dan begitu juga sebaliknya.


Sekarang kita lihat apa yang dikatakan Allah dalam kata Alhamdulillah. Allah berfirman, segala puji itu untuk Allah dan Dia pun berfirman, segala ucapan terima kasih hanya bagi Allah, dan Dia tidak ingin mengatakan hanya sebagian-sebagian saja.


Alasan tidak memakai kata Al Madhulillah dan Asy syukrulillah
Ada kata Bahasa Arab, yakni ‘Al Madhulillah’, yang artinya “Segala puji hanya bagi Allah”. Saya tidak ada masalah dengan terjemahannya, karena kata ‘Madh’ itu hanya berarti terpuji saja.

Ada juga ‘Asy syukrulillah’. Jika Dia berfirman seperti itu, saya juga tidak masalah jika terjemahannya adalah, “Terima kasih hanya untuk Allah atau syukur hanya bagi Allah”. Tapi Allah tidak menggunakan 2 kata itu, tetapi justru memakai, Alhamdulillah, yang artinya Dia menggabungkan makna keduanya. Mana kata yang lebih baik? Ada beberapa alasan, yaitu :

A. Kata Al Maudhulillah, artinya memuji tapi tak sungguh-sungguh

Alasan yang pertama, ketika kamu memuji sesuatu, terkadang tidak sungguh-sungguh. Misalnya, kamu sedang mengebut dan seorang polisi menyuruhmu minggir, kalimat yang pertama kamu ucapkan adalah: “Topi Anda bagus sekali, pak.” Atau, “Ganteng sekali Anda hari ini.” Kamu memujinya, tapi sebenarnya kamu tidak sungguh-sungguh. Kamu hanya berharap agar tidak kena tilang saja.

Atau contoh lainnya, biasanya yang masih muda, ketika nilai raportnya jelek sekali, kamu masuk ke rumah, lalu mengatakan “Ma, masakan mama hari ini enak banget.” Padahal ibunya belum masak :) . Kamu memuji, tapi tidak sungguh-sungguh. Pujian bisa saja palsu.

Banyak pujian palsu untuk para raja, pujian palsu untuk para bos, untuk para hakim, sering yang seperti ini. Pujian yang sifatnya formal. Untuk menyenangkan seseorang tapi kamu tak sungguh-sungguh memujinya. Contohnya saat kamu sedang wawancara kerja, dan itu wawancara kerja paling kacau yang pernah kamu lakukan. Tapi ketika selesai dan kamu akan pergi, kamu tetap mengucapkan, “Senang bertemu dengan Anda.” Tidak menyenangkan, tapi kamu harus tetap mengucapkannya. Itu pujian palsu.

Jadi kata “Madh” yang digunakan, maka bisa jadi pujiannya palsu. Tidak pantas diucapkan untuk Allah.


B. Kata Asy-syukrulillah, artinya berterima kasih hanya setelah dibantu

Misalnya yang digunakan adalah kata ‘Asy-syukrulillah’, yang artinya segala ucapan syukur/terima kasih hanya untuk Allah. Ucapan terima kasih diucapkan, ketika kamu mendapat suatu bantuan. Sesuatu dilakukan untukmu dan kamu sadar kamu sedang dibantu, maka kamupun mengucapkan terima kasih. Misalnya, banmu kempes, lalu seseorang datang menolong, maka kamu pun mengucapkan terima kasih. Jika ban mobilmu kempes dan tidak ada orang yang menolong, kamu hanya tidur-tiduran saja di mobil, maka kamu tidak akan mengucapkan terima kasih pada siapapun.

Ucapan terima kasih diberikan jika ada yang bantu dan kamu sadar akan pertolongan itu. Dengan kata lain, itu adalah suatu reaksi. Tidak mungkin kamu mengucapkan terima kasih lebih dulu. Tidak mungkin kamu bertemu seseorang dan langsung mengatakan, “Terima kasih, terima kasih, terima kasih.” Tidak akan seperti itu. Itu aneh.


C. Kata Hamd, Pujian yang sungguh-sungguh dan Bukan Reaksi

Allah menggunakan kata ‘Hamd’, menggunakan pujian dan syukur. Kata ‘Hamd’ dalam Bahasa Arab hanya berarti pujian yang sungguh-sungguh, bukan pujian yang dibuat-buat atau palsu, bukan suatu reaksi. Dan Hamd lebih kuat daripada kata “Al Madhulillah” ataupun kata “Asy-syukrulillah”. Hamd Lebih mencakup banyak hal daripada “Al Madhulillah” ataupun kata “Asy-syukrulillah”. Allah memilih kata yang lebih baik daripada 2 kata tadi bila digabung.


D. Meski Dua Kata Al Madhu wa Syukrulillah Digabungkan, Tetap Lebih Kuat. Kata Alhamdulillah, Karena Lebih Mudah Diucapkan dan Singkat, Punya Dua Makna dalam Satu Kata

Dan ini yang terakhir. Dalam Bahasa Indonesia, ada 2 arti untuk kata ‘Hamd’ tadi. Tapi Allah cukup pakai kata 1 kata, Hamd. Maka mungkin kalian menemui hal yang rumit di Al Qur’an saat menerjemahkannya (bila tidak paham). Terkadang Allah pakai 1 kata, tapi untuk memahaminya, kamu butuh beberapa kata, benar seperti itu kan? Tapi bagaimana jika Allah sendiri memakai 2 kata tadi? Bagaimana jika Allah menyebutkan, “Al Madhu wa Syukrulillah”? Jika Allah sendiri yang menyebutkan 2 kata tadi, pujian dan terima kasih untuk Allah. Jika saja Dia gunakan 2 kata tadi, apakah akan sama? Tidak akan sama. Tak akan sama, karena ada prinsip mendasar yang indah dalam Bahasa Arab dan ini sesungguhnya prinsip dalam semua bahasa apapun. Dalam Bahasa Arab ada istilah yang artinya, “Bicara yang terbaik adalah dengan sedikit kata, namun maksudnya dapat disampaikan.” Gunakan lebih sedikit kata, tapi maksudnya sampai. Itu yang terbaik.

Beberapa diantara Anda ada yang punya teman, yang bicara selama 30 menit, tapi tak jelas apa yang dia sampaikan. Bicaranya banyak, tapi intinya tidak ada. Kamu ingin dia cepat sampaikan intinya apa. Ada yang kebanyakan menggunakan kata-kata hanya untuk menjelaskan hal yang sederhana. Contohnya, “Hari ini saya ke suatu sisi bangunan yang banyak tapakan naik turun untuk pindah lantai.” Padahal, bilang saja lagi naik tangga! J Tidak perlu menjelaskan detail yang tak penting. Cara bicara yang terbaik haruslah jelas, ringkas dan mudah diucapkan. Sehingga ‘Al Hamd’ itu lebih mudah diucapkan, ketimbang ‘Al Madhu wa Syukrulillah’.


E. Kata Alhamdulillah, Tidak Perlu Memakai Kata ‘Dan’, Karena sudah jadi satu

Tapi ada lagi perbedaannya.  Dalam Bahasa Arab Klasik, ketika kamu menaruh kata ‘dan’. Kata ‘dan’ diantara dua hal. Kata “dan” itu sederhana, selalu digunakan. Kalau pakai kata “dan” dalam Bahasa Arab adalah ‘wa’. Ini memisahkan dua hal, bahkan memisahkan pengertiannya. Jadi jika kamu menyebutkan ‘Al Madhu WA asyukrulillah’, kamu mengatakan, “Segala puji bagi Allah untuk suatu hal DAN segala syukur untuk Allah akan hal yang lain”. Mereka tidak selalu bergabung, karena memang katanya tidak digabungkan. Karena dipisah, maka terkadang kamu mungkin sedang ingin memuji Allah tapi tidak berterima kasih kepada-Nya. Dan terkadang kamu ingin bersyukur pada-Nya tapi tidak memuji-Nya. Tapi jika kamu mengucapkan Alhamdulillah, bagaimanapun kondisinya, apa maksud dari ucapanmu? Artinya adalah kamu memuji dan berterima kasih pada-Nya bersamaan, kamu tidak bisa memilih salah satu.


Makna Kata Alhamdulillah :

1. Kata Alhamdulillah, Berarti Berpikir Positif dan Optimis

Misalnya, kamu sedang berjalan dan kamu lalu melihat mobil bagus, kamu ucapkan Alhamdulillah, apa maksud yang seharusnya? Kamu memuji Allah, karena telah memberikan kemampuan pada seseorang untuk merancang dan membangun mobil itu dan kamu berterima kasih pada Allah karena dapat kesempatan untuk duduk di mobil itu. Kamu memuji dan bersyukur di saat yang bersamaan. Itu yang kamu lakukan. Ini sikap yang sering terjadi diantara kaum muslim.

Sering sekali jika ada yang menanyakan kabar ketika di saat yang buruk. “Bagaimana kabarmu?” Dan dijawab dengan wajah kusut dan sedih,”Emm, ya Alhamdulillah”. Saat itu, kamu tidak sungguh-sungguh memuji Allah ketika cara bicaranya seperti itu. Kamu tidak sungguh-sungguh berterima kasih pada-Nya. Alhamdulillah itu tidak hanya kata yang terucap, tapi juga gambaran sikap. Allah tidak tertarik dengan apa yang hanya terucap. Dia lebih tertarik dengan hubungan antara yang terucap dengan yang ada di hati.

Kita harus pahami apa yang kita katakan saat ucapkan Alhamdulillah. Misalnya saat kamu terjebak macet dan kamu ucapkan Alhamdulillah. Hal ini agak sulit kan ya? Karena saya yakin kalian sering sekali terjebak macet. Saat macet dan mengucap Alhamdulillah, apa maksud yang seharusnya? Bahwa, “Ya Allah seburuk apapun ini kelihatannya, saya yakin ada hikmah dan sesuatu yang baik untuk diriku, saya bersyukur atas macet ini, saya memuji-Mu dan saya bersyukur karena saya selamat, saya senang karena saya masih punya mobil. Saya terjebak macet, tapi setidaknya saya punya mobil sendiri, saya punya pekerjaan.” Kamu harus mulai berpikir secara positif. Dengan Alhamdulillah, itu memaksa kaum muslimin untuk selalu berpikir secara positif. Harus seperti itu. Ini hal pertama yang saya sampaikan padamu.


2. Alhamdulillah Adalah Kata Benda, Permanen, Tak Terikat Waktu

Kedua yang ingin saya sampaikan tentang Alhamdulillah. Dalam Bahasa Arab, kamu bisa gunakan kata benda dan kata kerja. Memang ini akan terdengar seperti pelajaran tata bahasa. Jadi kata kerja dan kata benda, mana yang dapat ada bentuk waktunya? Seperti bentuk lampau (past tense), saat ini (present tense) dan yang akan datang (future tense).

Kata kerja bisa menggambarkan waktu, tapi kata benda tidak bisa. Tidak ada bentuk lampau atau yang akan datang untuk kata benda. Apakah kalian paham?

Ketika saya katakan, “Saya sedang memuji Allah”, maksudnya adalah memuji sekaligus berterima kasih, tapi hanya ucapkan satu, agar singkat. Ketika saya ucapkan, “Saya sedang memuji Allah”, berarti saya menggunakan kata kerja

Kalau saya katakan, “Kita MEMUJI Allah”, berarti adalah kata kerja saat ini. Ketika saya katakan: “SEGALA PUJI milik Allah.” Kata “puji” di kalimat itu termasuk kata benda atau kata kerja? Apakah jelas bahwa kata “puji” di sini adalah kata benda? Allah bisa saja menyebutkan kata kerja, misalnya ‘Ahmdullah’, yang artinya “Aku memuji Allah”. Atau ‘Nahmadullah’, seperti yang biasa di khutbah. “Alhamdulillah nahmaduhu wasta’inu..”, pernah dengar kan? Jadi, ini kata kerja.

‘Nahmaduhu’, artinya kita memuji-Nya, ‘Ahmaduhu’, artinya aku memuji-Nya. Tapi Allah tidak mengatakan, ‘Aku’ atau ‘Kita’. Dia tidak menggunakan kata kerja, tapi Dia gunakan kata benda.

Hal dasar yang tadi saya sebutkan adalah, kata benda tidak ada kaitannya dengan waktu, baik lampau, sekarang atau akan datang. Kata kerja ada kaitannya dengan waktu, baik lampau, sekarang atau yang akan datang. Ini yang membuatnya jadi indah.

Jika saya mengatakan, ‘Aku sedang memuji Allah’, maka saya hanya melakukannya saat ini saja, saya tidak mengatakan tentang masa lampau, atau waktu yang akan datang. Jika saya mengatakan kata kerja bentuk lampau, maka tak ada kaitannya dengan masa sekarang dan yang akan datang, karena hanya bisa salah satu saja. Dan karena saya sedang memuji Allah saat ini saja, maka belum tentu sejam berikutnya saya masih memuji. Waktunya terbatas saat ini saja, tidak permanen. Kata kerja itu tidak permanen (terikat waktu).

Namun Allah memakai kata benda, yang permanen (tak terikat waktu). Segala puji bagi Allah, Alhamdulillah, digambarkan tak terikat dengan waktu. Tahukah kamu apa artinya itu? Artinya, saya mungkin hanya bisa memuji Allah saat ini saja. Tapi pujian bagi Allah itu akan selalu ada. Saya mungkin tak akan memuji Allah selama-lamanya tapi pujian bagi Allah akan selalu ada. Pujian bagi Allah tidak tergantung oleh saya. Alhamdulillah itu berarti, pujian bagi Allah tak tergantung oleh saya.


3. Kata “Alhamd” Berdiri Sendiri, Tidak Memerlukan Subjek/Pelaku

Ini hal ke-2 tentang kata kerja dan kata benda, coba perhatikan. Ketika kamu menggunakan kata kerja, seseorang perlu melakukan kegiatan tersebut, disebut subjek, disebut  fa’il dalam Bahasa Arab. Seseorang perlu melakukan yang disebutkan. Kamu tak bisa, kalau hanya mengatakan hal tidak lengkap seperti, “Mengerjakan ujian”. Memangnya siapa yang mengerjakan ujiannya? Atau tidak pas kalau kamu mengatakan, “Menghilang!”. Apanya yang hilang? “Oh, pulpen saya, pulpen saya yang hilang.” Paham kan?

Kalau kamu gunakan kata kerja, harus dilengkapi dengan pelakunya. Tidak bisa kalau hanya kata kerja tanpa pelakunya, tidak bisa dipahami, dan akan membingungkan. Tapi kalau kata benda, tidak butuh seseorang untuk melakukannya. Kata benda tidak memerlukan pelaku. Kata benda itu berdiri sendiri. Sebuah apel, ya apel. Apakah kamu perlu menanyakan, siapa yang melakukan? Tidak perlu. Karena berdiri sendiri.

Ketika Allah menggunakan kata ‘Alhamd’. Dia membuatnya berdiri sendiri, tak butuh seseorang. Kalau Allah gunakan kata kerja, maka perlu seseorang, iya kan? Perlu seseorang untuk memuji-Nya, entah itu saya atau pun Anda. Perlu seseorang untuk memuji-Nya, entah itu saya atau pun Anda. Tapi Allah membuatnya berdiri sendiri, tak butuh seseorang atau pun suatu hal. Ini lebih kuat dari kalimat: “Segalanya memuji Allah”, “Semua orang memuji Allah”, karena kalau ‘semua orang’ dan ‘segala sesuatu’ disebutkan maka berarti hanya ‘semua orang’ dan ‘segala sesuatu’ sekarang saja. Tapi Allah tidak ingin dibatasi oleh waktu ataupun oleh orang yang melakukannya. 

Subhanallah… Allah tidak membutuhkan kita untuk mengucapkan Alhamdulillah. Kita harus sadar, bahwa ketika mengucapkan Alhamdulillah, kita sadar bahwa Allah tidak butuh kita, kita yang butuh Allah. Pemahaman itu hanya berasal dari 1 kata, Alhamdulillah.


4. Alhamdulillah, Bukan Kata Perintah

Kata perintah merupakan kata kerja yang berbentuk khusus. Misalnya dalam Bahasa Arab, kamu bisa saja bilang, ‘Ihmadullah’, artinya “Pujilah Allah!”. Atau “Ayo sholat Maghrib!”, atau ketika menyuruh anak Anda, “Ambilkan air!”. Misalnya, ketika saya di rumah, saya suruh anak perempuan saya, Husna, untuk mengambil air, “Hei, Husna, bawakan ayah air!”. Husna punya dua pilihan. Ketika kamu memerintah seseorang, dia punya 2 pilihan. Dia bisa kerjakan ataupun tidak. Jika saya perintahkan Husna untuk mengambil air, dia punya dua pilihan, apakah dia ambilkan air, atau dia tidak harus ambil air. Dua pilihan yang jelas buat Husna.

Jika Allah berfirman, “Pujilah Allah!”, apa kemungkinan yang terjadi? Ada yang mengerjakan, ada pula yang tidak mau melakukannya. Oleh karena itu, jika kamu perintahkan seseorang untuk melakukan sesuatu, ‘bola’ nya kamu serahkan ke dia. Tergantung dia. Mungkin dia kerjakan, mungkin juga tidak. Allah tidak mengatakan pujian bagi-Nya itu tergantung dengan kita. Dia tidak menaruh ‘bola’ nya pada kita. Mau kamu kerjakan atau tidak, masa bodoh, pujian bagi-Nya tetap ada. Alhamdulillah akan terus ada, selama-lamanya akan tetap ada. Manusia datang dan pergi, generasi akan terus berganti, dunia pun juga akan pergi, tapi pujian bagi Allah akan terus ada, seperti itu faktanya


5. Kata Alhamd, Mengandung 2 Jenis Komunikasi

Satu hal lagi tentang kata ‘Alhamd’. Ada 2 jenis komunikasi dalam Bahasa Arab, yaitu yang bersifat informasi atau mengungkapkan perasaan. Disebutnya ‘Jumlah Insyaiyah’dan ‘Jumlah Khobariah’. Ini istilah teknis saja. Saya beri contoh sederhananya. Kamu bisa saja berkomunikasi untuk mengungkapkan perasaan kamu atau kamu mungkin berkomunikasi untuk memberikan suatu informasi. Dua jenis komunikasi yang kedengarannya sangat teknis dan rumit, akan saya permudah.

Komunikasi Berupa Informasi

Ketika saya duduk dengan seseorang, dan saya menjelaskan sesuatu kepadanya, itu berarti memberi informasi. Seperti sekarang, saya sedang menjelaskan Surat Al-Fatihah padamu, menjelaskan Alhamdulillah, ini adalah perbincangan yang memberikan informasi, komunikasi yang memberi informasi.

Komunikasi Berupa Perasaan

Misalnya saat sedang ikut acara ceramah, kita istirahat dulu untuk shalat maghrib dan kamu tinggalkan kursimu, lalu berdoa. “Ya Allah, saya duduk di barisan depan, semoga tidak ada yang menempati kursiku.” Dan ketika kamu sholat dan akan mengucapkan salam, Assalaamu’alaikum, kamu bergegas kembali dan kamu dapati kursimu masih kosong, biasanya apa kata pertama yang akan kamu ucapkan? “Alhamdulillah…”. Meski mungkin belum ada orang di gedung itu.

Jika kamu mengucapkan Alhamdulillah ketika tidak ada orang lain, kamu sedang mengungkapkan perasaanmu. Jika saya sedang mengajarkan seseorang tentang kata Alhamdulillah, maka saya sedang memberikan informasi. Tapi jika saya ucapkan untuk diri sendiri, bisa jadi merupakan ungkapan perasaan. Bisa dipahami kan bedanya?

Alasan Memakai Alhamdulillah dan bukan ‘Innal hamdalillah’?

Sekarang, mari kita bicarakan Innal hamdalillah. Ketika kamu sedang mendengarkan khutbah di Masjid, khatib akan memulai dengan ucapan, ‘Innal hamdalillah’. Kata pertama dari ‘Innal hamdalillah’, adalah ‘inna’, yang artinya, ‘sesungguhnya’. Maka artinya, ‘Sesungguhnya segala puji bagi Allah.’

Mana yang lebih kuat? Mengatakan, ‘Segala puji bagi Allah’, atau mengatakan ‘Sesungguhnya, segala puji bagi Allah.’ Tentunya dengan kata ‘sesungguhnya’ (inna), maka akan terdengar lebih kuat. Khatib menggunakannya setiap shalat Jumat. Pertanyaannya, kenapa Allah tidak menggunakannya? Kenapa Allah tidak mengatakan ‘‘Innal hamdalillahi rabbil alamin arrahmaanirrahiim maliki yaumiddin?” Kenapa tidak ditambahkan kata ‘Inna’ supaya lebih kuat? Kamu mungkin sering dengar bahwa Al Qur’an itu sempurna. Kamu tidak boleh menambahkan 1 kata pun. Tidak boleh ditambahkan satu katapun, sudah sempurna.  Jadi apa bedanya jika saya tambahkan sedikit kata ‘inna’? Khatib saja melakukannya terus kan? Saya juga boleh dong menambahkan.

Perbedaannya adalah, ketika kamu menggunakan kata ‘inna’ dalam tata Bahasa Arab, pernyataaannya hanya berupa komunikasi informatif. Itu hanya memberi informasi, bukan tentang jenis pernyataan apa, bukan ungkapan perasaan. Bila kamu tidak menggunakan ‘inna’ maka pernyataanmu bisa jadi memberi informasi atau bisa jadi ungkapan perasaan. Dengan tidak menambahkan kata ‘Inna’, Allah sebenarnya membuat kata Alhamdulillah menjadi pernyataan untuk memberitahu orang lain, dan juga Alhamdulillah dapat pula menjadi pernyataan untuk menyatakan diri kita sendiri. Subhanallah… Keindahannya adalah, itu dapat digunakan untuk ungkapan hati kita, dan juga sebagai sebuah pesan yang ingin kita sampaikan untuk orang lain. Dua-duanya.

Jika memakai ‘Innal hamdalillah’ yang dipakai, maka secara teknis, itu bukanlah bentuk ungkapan perasaan. Itu hanya dimaksudkan untuk memberitahu orang lain, bukan untuk dirimu sendiri. Seorang Khatib tentu saja tidak berbicara untuk dirinya sendiri, tapi pada jamaah. Maka yang dia katakan, ‘Innal hamdalillah’. Saya ingin kalian mengingat Alhamdulillah. Khatib sedang memberitahumu, maka dia gunakan ‘inna’.

Inti dari yang ingin saya sampaikan adalah bahwa setiap frase di dalam Al Qur’an, dimulai dari Alhamdulillah. Sangat sempurna cara Allah menyampaikannya. Bahwa, tak peduli berapa banyak variasi yang coba kamu munculkan, menggunakan kata kerja, menggunakan ‘Inna’, menggunakan ‘syukr’, memakai ‘madh’, kamu tidak akan dapatkan seperti apa yang coba Allah katakan.


6. Alhamdulillah, Bukanlah Perdebatan dan Sudah Ada dalam Hati Orang Beriman

Saya akan sebutkan 2 kalimat dan kalian sebutkan mana yang terdengar normal.

“Saya makan siang”

Kalimat kedua, “Makan siang saya makan.”

Kalimat “Saya makan siang”, terdengar lebih normal, kan?

Contoh lainnya, “Mereka pergi ke sekolah”, atau “Ke sekolah mereka pergi.”
Mana yang terdengar lebih normal? Jawabannya, ”Mereka pergi ke sekolah.”
Tapi jika saya bilang, “Ke sekolah mereka pergi”, apa kamu tetap paham maksudnya?

Jadi yang satu normal, yang satu terdengar aneh, tapi keduanya tetap dapat dipahami. Sebenarnya yang ingin saya sampaikan adalah, terkadang dalam Bahasa Arab, urutan dalam kalimat itu berubah dan akan berbentuk aneh. Ketika kamu berjalan untuk sholat Ied, saat kamu mengemudi untuk sholat Ied, dan bertakbir… “Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar, laa illaa haillallahuwaallaahuakbar Allaahu akbar walillaahilhamd” = Lillahi Alhamd. Sedang yang ada di Al Fatihah adalah Alhamdulillah. Kata-katanya sama, tapi urutannya terbalik.

Bukan hanya saat sholat Ied, di Al Qur’an juga terdapat hal yang sama. “Walillaahilhamd Rabbissamawati wa rabbbil ardh”, ada juga di Al Qur’an. 

Terkadang Allah memakai Alhamdulillah, dan sebenarnya ada 7 kali Allah gunakan Alhamdulillah. Beberapa kali di Al Qur’an pun dapat kamu temukan ‘Lilahilhamd’. Sayangnya, keduanya tadi diterjemahkan dengan cara yang sama. Padahal sebenarnya keduanya adalah dua hal yang berbeda. 

Saya akan jelaskan apa bedanya Alhamdulillah dan Lillahilhamd.

Kenapa Allah gunakan Alhamdulillah, apa bedanya jika Dia gunakan Lillailhamd? Ini hal terakhir yang ingin saya sampaikan tentang ‘Alhamd’. Dalam Bahasa Arab, ketika menggunakan urutan yang tidak biasa, sebagaimana contoh yang tadi saya berikan.

“Saya makan siang.”

Versi anehnya adalah, “Makan siang saya makan”

Ketika kamu menggunakan urutan yang tidak umum/aneh, yang sebenarnya ingin kamu katakan adalah, “Saya tidak makan apapun lagi, hanya makan siang saja.” Tapi tidak harus hanya dengan kata-kata. Cukup dengan mengacak-ngacak urutannya dan hanya memberitahu kata-katanya saja. Jika saya katakan, “Saya pergi ke sekolah”,  maka kalimat itu normal. Tapi jika saya katakan, “Ke sekolah saya pergi”, sebenarnya apa maksudnya dalam tata Bahasa Arab? Dalam logika berpikir Bahasa Arab adalah mereka hanya pergi ke sekolah. Mereka tidak ke bioskop, mereka tidak pergi berolahraga, mereka tidak pergi bekerja. Mereka hanya pergi ke sekolah, tidak ke tempat lain. Paham kan? Jadi menambahkan 1 kata, akan mempengaruhi arti ketika mengubah urutannya. Dan yang ditambahkan adalah kata ‘Hanya’.

Saya ingin kalian memikirkan kata ‘hanya’. Kita lihat dalam konteks lainnya, sehingga kalian bisa memahami dengan lebih baik. Contohnya, sebagai seorang guru, dulu saya pernah mengajar anak SD, pernah juga mengajar TK, pernah juga mengajar anak SD kelas 2 dan 3. Ketika saya mengajar anak kelas 3, ada dua anak perempuan yang mengobrol di belakang, di dalam kelas. Yang bernama Zainab dan Fatimah, mereka banyak bicara. Saya paham anak perempuan, karena saya punya 4 anak perempuan. Dua anak perempuan di belakang, ngobrol, dan ngobrol terus. Aku panggil, “Zainab!”. Dia lalu menjawab, “Kan bukan hanya aku yang ngobrol.” Ketika dia bilang kalimat tadi, apa maksud dari perkataan dia yang sebenarnya? “Kalau saya harus masuk ke ruang kepala sekolah, Fatimah juga harus ikut bersamaku.” 

Tapi Zainab  tidak perlu menambahkan banyak kalimat, dia cukup gunakan 1 kata. Kata apakah itu? ‘Hanya’. Jika kamu menggunakan kata ‘hanya’ dengan tepat, maka kamu dapat menyampaikan dua hal dalam 1 hal. Inilah kerennya kata ‘hanya’. Misalnya aku berkata, “Aku tidak hanya pergi ke Singapura.” Itu berarti saya tidak berkata apa-apa lagi, tapi kalian bisa tahu apa maksud saya kan? Itu berarti, “Saya juga pergi ke Malaysia, dan negara lainnya serta seterusnya.”

Terkadang Allah mengatakan, ‘Lillahilhamd’, artinya Segala puji hanya untuk Allah. Hamd, Hanya untuk Allah. Maka akan ada lanjutannya, yaitu “tak ada lagi yang terpuji selain Allah.” Tidak tergantung pada siapapun. Titik!

Jika kamu mengatakan ‘hanya’, berarti segala puji itu Hanya milik Allah, tak ada yang lain. Allah mengatakan ‘lillahilhamd’ di surat yang ke 45, surat Al Jaatsiyah. Di bagian akhir suratnya. Sangat mengesankan karena keseluruhan surat tersebut berisi perdebatan dengan orang-orang yang melakukan syirik. Keseluruhan suratnya adalah perdebatan. Dan di bagian akhir debatnya, Allah berkata kepada orang musyrik, “Hey.. Segala puji itu hanya milik Allah!” Apa yang Dia katakan kepada orang musyrik? Segala puji itu Hanya milik Allah!, bukan milik yang lain.  Dengan kata lain, ‘Lillahilhamd’ itu diucapkan ketika berbicara dengan orang yang tidak setuju denganmu. Ketika sesama Muslim berbicara satu sama lain, kita tidak mengatakan ‘Lilllahilhamd’, tapi yang kita ucapkan adalah Alhamdulillah karena kita tidak meributkan hal itu. Kalau kita bicara ke sesama Muslim: “Hey.. Segala puji hanyamilik Allah! Kamu paham!!” Tidak, kamu tidak perlu mengucapkan begitu kepada sesama muslim, tapi kita cukup ucapkan Alhamdulillah, karena Laa illaahillallah tidak ada masalah diantara kita, kita tidak masalah dengan bagian itu. Paham kan? Jadi kita tidak perlu berdebat, tidak perlu dengan nada bicara seperti itu. Tidak perlu.

Allah memperkenalkan diri-Nya sendiri di Surat Al Fatihah. Dia tidak mau jadi perdebatan. Dia tidak mau berteriak pada kita saat pembukaan Al Quran. Dia ingin berbicara pada kita dengan kesimpulan bahwa Alhamdulillah bukanlah perdebatan. Ini adalah sesuatu yang sudah kamu pahami, sudah ada di hatimu, maka tidak perlu mengatakan Lillahilhamd, maka Allah akan lebih memilih kata Alhamdulillah. 

Apa yang Allah ajarkan pada kita? 

Bahwa Alhamdulillah itu sudah ada di hati kita. Saya tidak perlu diyakinkan lagi, tidak perlu dipaksa lagi. Orang musyrik tidak punya ini. Maka mereka perlu diberi, mereka perlu diberitahu, dengan Lillahilhamd.


7. Dalam Alhamdulillah, Allah langsung memperkenalkan Nama-Nya

Ini bagian selanjutnya, ini bagian kerennya. Allah minimal punya 99 nama. Allah tidak mengatakan ‘Alhamdulilahi rahman’, ‘Alhamdulillahi rahim’, ‘Alhamdulil Malik’, ‘Alhamdulillahi Kholik’, ‘Alhamdulillahi Wahab’, Alhamdulillah Qahhar’, semuanya benar. Semuanya benar, tidak ada yang salah. Kenapa Allah gunakan, Alhamduli.. Allah? Karena Al Fatihah adalah saat di mana Allah memperkenalkan diri-Nya. Contohya, saat kamu memperkenalkan dirimu pada orang lain, kamu akan sebutkan nama. Jika kamu tidak kenal saya, saya tidak akan datang dan bilang, “Assalaamu’alaikum, saya seorang guru”. Kenapa? Karena seharusnya kan, “Assalaamu’alaikum, saya Nouman.” Jika saya bilang saya guru, mereka akan jawab: “ Waalaikumussalam, kamu juga aneh.” Lalu pergi menjauh. Kamu tidak memperkenalkan dirimu dengan penjelasan, tapi dengan menggunakan sebuah nama

Contohnya, Saya akan memberi sebuah cerita. Saat saya sering berkeliling di negara saya, dimana kejadian ini selang beberapa saat setelah peristiwa 11 September 2001, saat negara sedang tegang kala itu. Saya pergi ke Louisiana. Saya berhenti di Pom bensin dan isi bensin. Ada seseorang yang memperhatikan saya, dia supir truk. Saya tidak tahu dia bawa senapan di belakang mobilnya atau tidak. Dia bertanya, “Kamu orang Islam ya?”

Saya harus menjawab apa. Kalau saya jawab, saya dari New York, bagi mereka itu jawaban yang lebih buruk. Saat itu saya menjawab : “Puji Tuhan”. Ketika saya jawab Puji Tuhan, dia langsung pergi. Ketika saya katakan, “Puji Tuhan”, maka akan bisa dipahami dengan cara yang berbeda. Saya akan jabarkan inti selanjutnya.

Hal lainnya adalah… Coba misalnya kita katakan seperti ini. Misalnya tidak ada kata Allah disitu, misalnya dihilangkan, lalu apa sisanya? Alhamduli Rabbil Alamin. Saya tidak memberi terjemahan yang akuratnya dulu, tapi artinya adalah “Segala puji milik penguasa semesta alam”. Seperti itu kan di terjemahan? Kamu tidak menyebut Allah. Ingat saat saya kisahkan tentang, “Puji Tuhan”. Itu bisa membuat bingung kan? Kamu bilang ke orang lain: “Hey, segala puji itu milik penguasa semesta alam.” Apakah mungkin, orang itu mempunyai pemahaman yang berbeda tentang Sang Penguasa semesta alam? Jika saya katakan ke teman saya yang ada di Louisiana: “Pujilah Allah, Tuhan Semesta Alam.” Maka tidak akan membingungkan. Maka jelas yang saya maksudkan adalah Allah.

Sebenarnya ada contohnya di Al Quran. Nabi yang harus menghadapi para penyihir, Nabi Musa a.s. Para penyihir melempar talinya, Nabi Musa pun melemparkan tongkatnya. Lalu ular Nabi Musa menelan semua sihir mereka. Lalu apa yang terjadi pada para penyihir itu? Apa yang mereka lakukan? Mereka pun bersujud (QS. 7: 120).

Firaun berdiri di atas panggung melihat mereka bersujud di sana. Dia pun bingung, “Ada apa? Kamu bersiap-siap untuk ronde dua? Apa ini bagian dari sandiwara? Atau ini apa?”

Mereka pun bangun dari sujud, dan mereka berkata, (QS. 7:121) “Kami beriman pada Tuhan penguasa semesta alam”.  Firaun pun masih bingung, “Saya tahu… saya tahu.. penguasa alam itu saya.” Karena Firaun pikir dia itu Tuhan. Ketika mereka berkata: “Tuhan penguasa semesta alam”, Firaun tidak masalah dengan kalimat itu. Firaun berkata, “Ya, lalu? Lanjutkan kata-katanya”. Dan mereka berkata: “Bukan kamu jenius, Tuhannya Musa dan Harun.” (QS. 7: 122). “Tuhannya Musa dan Harun, bukan kamu.” Mereka harus mengklarifikasinya. Karena kalau hanya mengatakan ‘rabbil alamin’ (Tuhan semesta alam), maka Firaun tidak masalah. Maka kata ‘Allah’ dalam Alhamdulillah itu penting.


8. Alhamdulillah Sangat Luas, Pujian dan Terima kasih untuk Segalanya

Tapi ada hal lain lagi, ini indah sekali. Ketika saya berterima kasih kepada seorang pelukis. Saya melihat lukisan, atau misalnya kaligrafi atau seni lainnya. Saya katakan: “Terima kasih”. Terima kasihnya saya tujukan kemana? Atas karya seninya. Jika kamu berterima kasih pada  seorang guru, kamu berterima kasih atas apa yang mereka ajarkan padamu. Ketika berterima kasih pada orang yang menolongmu, kamu berterima kasih atas bantuan yang mereka lakukan. Terima kasih itu ditujukan untuk hal tertentu. Untuk apa yang dilakukan untukmu. Iya, kan?

Pujian pun ditujukan untuk hal tertentu? Kamu memuji keindahan sebuah gunung karena keindahannya. Kamu memuji atas kesegaran udara, karena kamu menikmatinya. Tapi…. Jika misalnya kita mengatakan ‘Alhamdulil kholiq’, Segala puji dan syukur itu milik Sang Pencipta. Lalu apa yang kita ucapkan terima kasih pada Allah itu, hanya untuk apa? Karena Dia menciptakan.

Jika misalnya kita mengatakan ‘Alhamdulil Hakim’, Segala Puji dan syukur itu milik Yang Maha Bijaksana. Satu-satunya yang kita hargai dari Allah adalah apa? Kebijaksanaan-Nya.

Bagaimana caranya agar saya bisa menghargai segala tentang Allah dan tidak ada apapun yang terlewat. Baik yang dapat saya pikirkan maupun yang tidak. Saya rangkum semuanya ke dalam satu pernyataan yang ringkas, sehingga saya dapat berterima kasih pada-Nya, sebagaimana semestinya dalam satu pernyataan, satu-satunya pilihan yang tersisa yang ada adalah? Alhamdulillah. Cuma itu pilihannya. Itulah sedikit tentang Alhamdulillah.




Surat Al Fatihah, Pembuka untuk Seluruh Surat Dalam Al Qur’an

Saya baru saja menjelajahi apa maksud dari kata Alhamdulillah dan alternatif-alternatif lainnya. Dan bagaimana alternatif lainnya itu tidaklah bagus. Bisa dibayangkan tidak, bahwa isi Al Qur’an itu seluruhnya seperti ini? Kata demi kata, satu per satu. Ini akan membuatmu menghargai Al Quran lebih dari yang lain.

Baru-baru ini saya ditanya, kenapa Al Fatihah? Saya katakan, jika umat muslim dapat bercermin dengan mendalam terhadap Surat Al Fatihah, maka itu akan membukakan pintu untuk keseluruhan Al Quran. Jika kita meremehkan Al Fatihah, maka kita pun akan meremehkan keseluruhan isi Al Quran. Jika kita mulai untuk menghargai keindahan dan kedalaman makna dari Al Fatihah, itu akan membuat kita ingin menjelajahi keseluruhan isi Al Quran. Apakah arti dari Surat Al Fatihah? Pembukaan. Jika kamu mendalaminya, maka akan membuka pintu lainnya. Jika tidak, maka pintunya akan tetap tertutup. Itulah yang coba kita lakukan hari ini, itulah mengapa Surat Al Fatihah yang kita bahas.

Frase selanjutnya dari Surat Al Fatihah adalah ‘Rabbil alamin’. (Bersambung)

Ceramah oleh : Ust. Nouman Ali Khan

MEMPELAJARI ISLAM


ILMU ISLAM TERLALU LUAS UNTUK DIPELAJARI, HANYA ULAMA SAJA YANG MAMPU MELAKUKANNYA ?! PIKIR LAGI !!!


Tidak ada hal apa pun yang sulit dalam Islam termasuk dalam belajar maupun mengamalkan ajaran islam.
Allah Azza wa Jalla tidak akan membebankan sesuatu yang manusia tidak mampu melaksanakannya.

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” [Al-Baqarah: 286]

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“…Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” [Al-Baqarah: 185]

مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“…Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.” [Al-Maa-idah: 6]

وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
“… Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu da-lam agama …” [Al-Hajj: 78]



SETIAP MUSLIM WAJIB MEMPELAJARI AGAMA


Sebagian di antara kita mungkin menganggap tidak penting mempelajari ilmu syar'i (ilmu agama), hanya para ulama atau yang berniat menjadi ulama yang perlu mempelajarinya secara mendalam, bahwa hukum menuntut ilmu agama sekedar sunnah saja, yang diberi pahala bagi yang melakukannya dan tidak berdosa bagi siapa saja yang meninggalkannya. 

Padahal, hukum menuntut ilmu agama adalah wajib atas setiap muslim (fardhu ‘ain)sehingga berdosalah setiap orang yang meninggalkannya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majahno. 224)


Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegas menyatakan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib atas setiap muslim, bukan bagi sebagian orang muslim saja. Lalu, “ilmu” apakah yang dimaksud dalam hadits ini? Penting untuk diketahui bahwa ketika Allah Ta’ala atau Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan kata “ilmu” saja dalam Al Qur’an atau As-Sunnah, maka ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i (ilmu agama), termasuk kata “ilmu” yang terdapat dalam hadits di atas.


LALU DARI MANA BELAJAR ILMU AGAMA?


Kalau kita datang ke perpustakaan atau ke toko buku kita akan mendapati deretan buku tentang islam yang sebagian orang akan takjub dengan betapa detail dan terperincinya islam sebagai petunjuk bagi manusia dan semakin bertambahlah keimanannya dan bertambah pula keinginannya untuk mengetahui lebih banyak.

Namun tidak sedikit pula yang bingung harus memulai dari mana dan pada akhirnya mencukupkan diri dengan ketidaktahuannya.


Belajarlah dari sumbernya (Al-Qur'an) karena Al-Qur'an adalah sumber satu-satunya yang tidak tersentuh oleh perubahan tangan manusia, sebagaimana telah dijamin sendiri oleh Allah SWT

اِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا الذِّكۡرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰـفِظُوۡنَ

"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Al-Hijr : 9)



LALU...APAKAH SULIT MEMPELAJARI AL-QURAN ?

Al-Qur'an ditulis dalam bahasa Arab dan mayoritas muslim mungkin lebih dari 80% muslim tidak mengerti Bahasa Arab dan bahkan Masyarakat Arab dalam al-Qur’an disebut sebagai mayarakat Ummiyyin (bentuk jamak dari ummi yang diartikan mayoritas kemampuannya masih sama dengan saat dilahirkan yaitu tidak bisa membaca dan menulis). 


Lalu, apakah hal itu menyebabkan al-Qur'an menjadi sulit dipahami? Jawabanya adalah TIDAK !!! Karena Allah ﷻ sendiri yang mengajari kita melalui Al-Qur'an. 
Allah ﷻ  mendesain Al-Qur'an sedemikian rupa sehingga mudah untuk dipelajari, dan Allah ﷻ menjamin bahwa Al-qur'an itu benar-benar dijadikan mudah untuk dipelajari dan termasuk dihafalkan


وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17).

Allah ﷻ mengulang-ulang kalimat tersebut sebanyak empat kali seakan menegaskan bahwa Al-Qur'an benar-benar mudah untuk dipelajari.

Jadi... jika ada yang bilang Al-Qur'an itu sulit, hati-hati itu mungkin shaiton nirrojim yang berbicara


DESIGN AL QURAN AGAR MUDAH DIPELAJARI


Allah menjamin bahwa belajar Al Quran itu mudah. Tidak semua kosa kata bahasa Arab dipakai di Al Quran, hanya sebagian kecil sekitar 0,004% saja yaitu 2.065 kosa kata saja. 
Dari 2.065 kata tersebut, ada 945 kosakata yang diulang berkali-kali hingga mencapai 84% total kosakata Al Quran. Sebagian besar (80%) kosa kata Al Quran ada di QS Al Baqarah. 
Artinya dengan menguasai kosa kata yang ada di surat Al Baqarah, maka kita sudah menguasai 80% kosa kata Al Quran. Wa allahu 'alam



Selalu ada maksud yang hendak Allah ﷻ sampaikan untuk kita pelajari di setiap bagian terkecil Al-Qur'an. Dari segi pemilihan kata, mengapa ada kalimat yang diulang, mengapa ada satu ayat yang hanya terdiri dari beberapa huruf tanpa ada arti katanya, mengapa ada kalimat yang subject & predikatnya ada di satu ayat dan object & keterangannya di penggal di ayat berikutnya, mengapa kisah-kisah yang diabadikan di Al-Qur'an kadang ada yang detail dan ada yang langsung pada pokoknya, mengapa posisinya seolah berpencar ada disini dan disana, mengapa dijelaskan detai tentang apa yang akan didapat disurga bagi pria sedangkan bagi wanita tidak dan lain sebagainya adalah karena al-Qur'an sarat akan makna dan memiliki pesan yang sangat banyak.


Tujuan dari membaca dan menghafal al-Qur’an adalah untuk memahami, merenungkan, mendalami (kandungan maknanya) dan mengamalkannya. 

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela dan melaknat orang-orang Khawarij, padahal banyak di antara mereka yang menghafal dan banyak membaca al-Qur’an, tapi mereka tidak memahaminya dan tidak mengambil manfaat dari petunjuknya.[24]Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ
Mereka (orang-orang Khawarij) pandai membaca (menghafal) al-Qur’an tapi tidak melampaui tenggorokan mereka[25]


Maka jika anda adalah seorang muslim yang tidak tau huruf Arab, jangan berkecil hati, Rasûlullâh pun adalah seorang yang tidak bisa baca & tulis, dan 80 % umat islam di dunia tidak mengerti bahasa arab (baca/tulis). Tapi setidaknya anda masih bisa menghafal (tetap dengan memperhatikan pengucapan yang benar), masih bisa membaca terjemahan dan mempelajari tafsir Al-Qur'an. Jangan menjadikannya alasan untuk tidak belajar ilmu agama dan tidak mengerjakan apa yang menjadi perintah Allah ﷻ  dan menjauhi laranganNYA. 

Dan yang lebih penting, ada kewajiban seorang muslim terhadap Al-Qur'an yang tidak boleh ditinggalkan yaitu :

1. Mengimani Al-Qur’an

Sebagai umat Muslim, kita memiliki kewajiban untuk mengimani Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam yang diwahyukan kepada Nabi terakhir kita Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wa Salam melalui Malaikat Jibril dan tidak ada satu keraguan pun didalamnya.
Iman terhadap Al-Qur’an merupakan salah satu tanda sempurnanya iman Islam kita. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai ciri-ciri orang yang bertakwa,
Allah SWT berfirman:

وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَاۤ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ  وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ
"dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 4)


2. Mempelajari Al-Qur’an

Mengimaninnya saja sebagai kitab suci tentu tidak cukup, kita perlu mempelajarinya agar kita paham apa saja makna-makna yang terkandung di dalamnya. Mempelajari AL-Qur’an dapat dilakukan dengan cara membaca Al-Qur’an terjemahan ataupun membaca tafsir-tafsir Al-Qur’an yang banyak ditulis para ulama. Selain itu, bisa juga dengan mengikuti pengajian-pengajian yang membahas mengenai tafsir Qur’an. Semakin kita paham maksud dari kalimat-kalimat Allah ﷻ maka akan semakin bertambah keimanan kita padaNYA



3. Mengamalkan Al-Qur’an

Mengamalkan Al-Qur’an dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menerapkan ilmu-ilmunya dalam kehidupan sehari-hari kita, sehingga tindak-tanduk dan semua penyelesaian masalah yang kita lakukan bersumber dari Al-Qur’an. Juga bisa dengan cara mendakwahkannya atau mengajarkannya kepada umat Muslim yang lainnya.



Demikian, Maha Suci Dzt yang Maha Benar dan Maha Tahu. Allahu a’lam
Semoga Allâh Azza wa Jalla dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar Allah SWT memberi kita kemudahan dalam menerima dan memahami setiap ayat-ayat-Nya di dalam al-Qur’an. Ameen


HIJRAH MENJADI LEBIH BAIK

Bismillahirohmanirrohim, kuniatkan diriku untuk menjadi muslim yang lebih baik demi ridho Allah swt atasku. Karena ku sadari selama ini telah banyak kesalahan baik kecil maupun besar baik sengaja maupun tidak. Jadi aku memohon ampunan kepada Allah swt atas segala khilafku dimasa lalu.

Alhamdulillah, ku sebut yang kualami ini adalah sebuah hidayah bagiku. Orang sering bertanya-tanya, bagaimana bisa mendapat hidayah? Menurutku, dari apa yang ku alami, hidayah ternyata tidak seperti yang kubayangkan, sebelumnya aku berfikir bahwa Allah akan memberikan hidayah kepada seseorang yang dikehendaki melalui semacam kejadian luarbiasa yang akan menjadikannya sadar. Ternyata tidak!!! Hidayah itu bukan sesuatu yang tiba-tiba tetapi berproses tergantung istikhomah kita sendiri. Berikut ceritaku

Suatu malam, ku terbangun jam 2 malam ( aku biasa tidur jam 9, jadi sering terbangun disekitar jam 2 malam) pada saat seperti ini yang biasa kulakukan adalah browsing, main game, dan membaca novel sampai ketiduran lagi. jadi malam itu iseng aku browsing dengan keyword "kenapa bangun jam 2 malam" dengan maksud mencari alasan medis atau bahkan mistis kenapa aku sering terbangun jam 2. Ada beberapa artikel yang ku baca, diantaranya ada yang menuliskan bahwa artinya Allah menginginkanmu untuk mengerjakan sholat malam. Jadi malam itu kupikir tidak ada salahnya ku coba sholat malam. Entah mengapa aku tergerak untuk mengawali sholat malam dengan sholat taubat 2 rakaat (seumur hidup, ini pertama kalinya aku sholat taubat) dan kemudian sholat tahajjud 2 rakaat dan terakhir witir 1 rakaat saja :-P . Tidak ada do'a spesial, hanya ya Allah aku minta maaf atas semuanya, kalau dipikir lagi sholat & do'anya seakan tidak niat :-) . Tapi setelah sholat ada sedikit perasaan bahagia dan ingin mengulanginya lagi, jadi saat setelah sholat subuh seperti biasa, saya jadi ingin membaca dzikir al-ma'shurot, lalu siangnya sekitar jam 10 coba sholat dhuha ah.... Besoknya jadi ketagihan pingin sholat malam lagi, kali ini witirnya jadi 3 rokaat, lusanya tahajjudnya pingin nambah jadi 4 rakaat. Dan seterusnya saya merasa menjadi lebih baik, lebih bahagia. Dan selanjutnya saya menyadari bahwa ini adalah saat krusial, jika saya terlalu bersemangat sehingga capek, nanti akhirnya akan putus tengah jalan, dan jika tidak istiqomah maka akan kembali menjadi saya yang dulu lagi. Sekarang saya mempelajari sholat rawatib, download banyak pengajian, bacaan novelnya juga diganti dengan pengetahuan islam. Kadang jika lelah ya libur dulu, tapi tidak terlalu lama hingga terlena istirahatnya. Alhamdulillah, saya merasakan nikmatnya belajar islam. Semoga tetap istikhomah, amiin

Kamis, Agustus 03, 2017

Puisi / Lyric paling sedih buat para galau-er



Lihatlah diriku
Pandanglah ke arahku...

Apakah kau tidak melihat kesedihanku
Saat ini aku sedang menangis

Hidupku kini tersesat
Hilang arah tujuanku
Hidupku kini sendiri

Inikah yang harus kujalani
Mengapa semua ini terjadi, hatiku menolaknya
Hanya air mata yg tinggal bersamaku

Harapanku patah tanpa jawaban
Rinduku hanya tinggal ucapan
Yang tersisa hanya penyesalan

Namun masih pantaskah hati ini merindu?
Jika aku bukan siapa-siapa di hatimu?

Aku siapa?
Dan kau siapa?
Mestinya dulu kusadari itu

Aku pikir dengan cinta
Aku dapat memiliki cintamu 

Banyak orang berkata kepadaku
Tentang keburukanmu

Bahkan didepan mataku 
Tapi aku tak peduli itu

Sebab aku mencintaimu
Bukan dari mataku
Tapi dari hatiku

Aku kan pergi
Bersama tenggelamnya cintaku

Tanpamu, aku akan belajar bahagia
Tanpamu, aku akan mencari cinta

Jika suatu saat kau ingin menemuiku
Maka pergilah ke puncak gunung,
Turunlah ke pantai
Atau masukilah hutan
Maka kau akan menemukanku disana

Selamat tinggal insan yang kukagumi
Aku kan berlayar diatas aliran air mataku
Semoga kau berbahagia
Begitu juga dengan diriku


Catatan sikil 👣

Tulisan diatas sumpah✌ bukan ane yg ngarang, belum jelas apa itu puisi atau lyric & siapa yg buat, ane cuma nemu di dalam laci dan cukup bikin baper makanya ane publish disini.

Jadi gimana, sedih gak? Klo menurut ane sih cukup bikin ane yg gak melow jadi ikutan galau.




Sabtu, Maret 18, 2017

Perjalanan

Kumulai lagi menulis blog ini dengan tekat sekuat petasan renteng yang biasa dinyalakan saat perayaan tahun baru cina - meledak-ledak diawal dan tidak lama kemudian akan sunyi kembali, heheee... semoga tidak.
Buat ku yang tidak bisa dan tidak biasa menulis, kegiatan ngisi blog seperti ini sudah tentu sangat berat, karena itu sejak awal aku tidak berharap banyak. Sekedar sarana latihan agar tulisan dan tatabahasaku lebih berkembang lagi.

Oke...cukup dulu soal ba...bi...bu... alasan berantakannya blog tulisan ini, langsung aja ke ceritaku.



Beberapa waktu yang lalu aku melakukan perjalanan dari kota Rohan ke kota Mordor (nama kota sengaja disamarkan) disiang hari yang terik menggunakan mobil strada double cabin bersama seorang rekan kerja. Aku duduk nyaman dikursi depan sebelah driver dan menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Meskipun didalam mobil terasa nyaman dan sejuk karena efek AC yang diputar maksimal, namun tampak jelas bahwa siang itu terik matahari begitu menyengat. Tanah-tanah kering, debu berterbangan diombang-ambingkan kendaraan yang lalu-lalang, tak tampak sedikitpun kelembaban meskipun tak jauh dari jalan raya ada sungai yang cukup lebar. Orang-orang pun seolah enggan keluar dan memilih untuk istirahat didalam rumah sambil menggoyangkan kipas darurat dari bahan seadanya. Sesekali tampak orang yang terpaksa harus ada di luar rumah seperti tukang parkir, polisi gopek, pedagang keliling, dll dengan peluh keringat bercucuran. Bahkan ada yang sampai melepas kaos dan diikatkan di kepala untuk sekedar mengurangi cucuran keringat yang mengganggu.

Jalan yang kami lewati cukup banyak lubang disana-sini sehingga mobil kami hanya bisa dipacu dengan kecepatan 20km/jam. Temanku yang duduk di kursi pengemudi tak henti-hentinya mengeluh "kota ini yang katanya termasuk dalam 10 kabupaten terkaya di Indonesia, namun jalan lintas kotanya begitu memprihatinkan" dan keluhan lain .
Saya yang tidak sesering dia melalui jalan ini, masih bisa menanggapi dengan tenang. "Kalau ini videogame, tiap lubang ada jackpotnya, sudah dapat banyak poin kita" candaku. Tapi nampaknya candaanku tak dapat menghiburnya yang hampir setiap hari menempuh perjalanan  64 km melalui jalan ini. Jalanan yang kami lewati tampak semakin padat merayap. Kucoba mendongakkan kepala untuk mencari tau penyebab kepadatan kendaraan ini. Rupanya terjadi longsoran tanah yang menutupi hampir satu jalur sehingga satu jalur sisanya harus dipakai bergantian untuk dua arah kendaraan. Dari jauh, terlihat ada dua orang berada ditengah jalan, berdiri diujung paling depan antrian kendaraan memegang bendera ditangan dan peluit yang masih menempel dimulut sambil sesekali dibunyikan untuk memberi perintah pada antrian kendaraan, layaknya komandan pleton sedang menertipkan barisan mobil. Mobil kami pun ikut dalam barisan tersebut sambil sesekali maju perlahan layaknya barisan siput bermesin dan berkerangka besi. Saat melewati komandan pengatur jalan itu temanku menurunkan kaca mobil dan memberinya selembar uang 5000an. Dengan sigap sang komandan pengatur jalan menerima dengan kedua tangannya, kemudian diciuminya uang warna coklat bergambar Imam bonjol tersebut sambil mengucap terimakasih 3x lalu menyimpannya di balik topi anyaman bambu khas petani yang dipakainya. Dari dalam dalam mobil aku tersenyum miris menyaksikan reaksi berlebihan bapak itu pada selembar uang. Kami pun segera berlalu melanjutkan perjalanan.

Cukup sekian dulu cerita gak penting, gak berujung kemana2 :-P



Selasa, Februari 14, 2017

MIMPI JOKOWI MENJADI BAPAK INFRASTRUKTUR INDONESIA Vs HUTANG LUAR NEGERI





- BELAJAR DARI PENDAHULUNYA [ Soeharto - Bapak Pembangunan Indonesia ]



Selama 30 tahun era Soeharto, pembangunan sangat terasa bahkan sampai ke desa-desa. Anda yang sempat mengalami era orde baru tentu masih ingat dengan slogan "Listrik Masuk Desa" dan program Repelita 1 s/d 6. Bahkan sejak pendidikan tingkat dasar (SD) kita sudah dijejali dengan materi Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) tersebut. 
30 tahun masa pemerintahan bukanlah waktu yang singkat, lalu bagaimana dengan hasilnya? Indonesia mencapai swasembada pangan pada era ini, pertumbuhan ekonomi mencapai rata-rata 7-8% (sebelum krisis ekonomi), kesejahteraan penduduk meningkat, terjadi perubahan sektor ekonomi & lapangan kerja, berkembangnya investasi & ekspor, dan proyek yang dihasilkan dari Hutang Luar Negeri. 
Dana pembangunan pada era Orde Baru tidak lain bersumber dari Hutang Luar Negeri. Tercatat pada masa Orde Baru berkuasa, Hutang Luar Negeri sebesar 1500 Triliun Rupiah yang jika dirata-rata hutang negara selama 32 tahun bertambah sekitar 47 Triliun Rupiah pertahun. Dari angka fantastis tersebut hanya 73% yang dapat disalurkan dalam bentuk proyek/program, sedang sisanya 27% menjadi penjaman yang tidak efektif. Belum lagi proyek-proyek yang dijalankan ternyata hanya menyuburkan korupsi yang mendarah daging dari golongan elite pemerintahan dan keluarganya sampai ke pelosok aparatur negara di pedesaan. Tidak hanya itu, hutang luar negeri mensyaratkan proyek harus dikerjakan oleh konsulat dan korporasi yang ditunjuk oleh mereka sehingga memperparah terjadinya mark-up/penggelembungan dari nilai riil proyeknya dan dikuasainya pengelolaan sektor-sektor penting oleh swasta/ bangsa lain. Lalu, dari pengalaman Orde Baru tersebut bisa anda nilai sendiri, sebesar apakah efektifitas Hutang Luar Negeri?

Bahkan sampai sekarang hampir diusia 72 tahun Indonesia merdeka, kita masih merasakan dampak dari besarnya hutang luar negeri. Berdasarkan data tahun 2016 76% pemasukan dari pajak hanya untuk membayar cicilan utang dan bunganya, padahal pajak adalah sumber penerimaan utama negara. Tercatat pada january 2016 penerimaan pajak hanya 62.2 triliun, sementara negara membayar cicilan utang dan bunganya sebesar 47.4 triliun. Belum lagi warisan budaya korupsi yang masih merajalela, sumber daya alam yang banyak dikuasai pihak asing seperti Freeport, Newmont, BP, Exxon, dll. Sebagai contoh freeport yang sudah hampir setengah abad mengeruk kekayaan alam papua. Berdasarkan catatan Human Right For Social Justice keuntunga  PT. Freeport di papua perhari mencapai 114 milyar rupiah atau 3534 triliun rupiah per bulan dan royalti yang diberikan ke pemerintah Indonesia 1 s/d 4 % saja. Ironisnya rakyat Papua yang seharusnya punya hak atas kekayaan alamnya justru tidak mendapatkan manfaat keuntungan apapun, masih dalam belitan kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan & kesejahteraan, dan justru harus mewariskan dampak kerusaka  ekologis pada keturunan mereka



- antara AMBISI dan BENCANA [ Jokowi - Bapak Infrastruktur Indonesia

January 2016 posisi utang Indonesia tembus di angka 4234 triliun rupiah 
(sumber : cnnindonesia.com)

Tampaknya hasil kerja nyata semacam itu juga yang ingin dicapai selama 5 tahun pemerintahan Jokowi dengan rencana pembangunan Infrastruktur. Jokowi memang sejak kampanye mengatakan kalau perekonomian negara ingin naik, infrastruktur harus dibenahi. Bahkan ada salah satu media online beberapa waktu lalu yang menyebut " Jokowi Bapak Infrastruktur Indonesia , membangun Infrastruktur Terbesar Dalam Sejarah Indonesia " pada subject beritanya.



Namun ada kekhawatiran mengerikan yang terbersit dibalik rencana pembangunan yang bisa dibilang terlalu optimistis tersebut terkait sumber pendanaannya. Barangkali isu yang paling perlu dibahas adalah bagaimana berbagai proyek pembangunan tersebut jangan sampai menjadi sarana untuk menjerat negara Indonesia dalam libatan hutang tanpa ujung. Hutang luar negeri untuk membantu pembangunan negara tak lain merupakan proses pembohongan publik. Hutang luar negri tidak lain adalah sarana mencurangi dan menipu negara dengan meminjamkan utang yang melebihi kemampuan negara untuk membayar, dan kemudian menguasainya. 

Rencana pembangunan yang terlalu optimistis tersebut membuat saya teringat dengan dua buku kontroversial yang didalamnya berisi pengakuan mengenai latarbelakang kelam beberapa kejadian penting di dunia (salah satunya di Indonesia). Buku yang pertama berjudul "The New Rules of The World" yang ditulis oleh John Pilger seorang jurnalis Australia yang tinggal di Inggris. Buku tersebut diantaranya mengulas fakta dibalik dimulainya liberalisasi ekonomi Indonesia pada awal Orde Baru. Pilger yang merujuk analisis dokumen historis Jeffrey Winters dan Brad Sampson m2ngungkap latar belakang diadakannya Konfrensi Jenewa 1967 yang disponsori oleh Time-Life Corporation. Konfrensi yang disebutnya sebagai "pertemuan merancang pengambil-alihan Indonesia" itu diikuti oleh korporat raksasa Barat dan ekonom-ekonom top Indonesia yang kemudian dikenal sebagai "Berkeley Mafia". Konfrensi 3 hari itu berbuah "kaplingisasi" kekayaan alam di Indonesia. Freeport mendapatkan gunung tembaga di Papua Barat, Konsorsium Eropa menguasai nikel di Papua Barat, Alcoa mendapat bagian terbesar bauksit di Indonesia, dan kelompok perusahaan Amerika, Jepang, dan Perancis mendapat hutan-hutan tropis di Sumatra, Papua Barat, dan Kalimantan.

Buku kedua berjudul "Confession of an Economic Hitman" yang ditulis oleh John Perkins, seorang yang berprofesi sebagai Economic Hitman (EHM) yang bukan hanya mengacaukan hidup satu dua orang, satu dua masyarakat, namun dia mengacaukan hidup rakyat di beberapa negara. EHM adalah seorang pofesional terlatih yang ditugaskan membujuk negara-negara didunia untuk menggunakan dana pinjaman Internasional dari Bank Dunia, USAID dan bantuan luar negeri lainnya yang sumbernya dari dana korporasi raksasa dan pendapatan beberapa keluarga kaya yang mengendalikan sumber-sumber daya alam planet bumi ini serta negara adidaya yang berkepentingan untuk menguasai sumber daya di negara incarannya. Cara kerja EHM adalah mendekati / berdiplomasi dengan para pemimpin berbagai negara untuk meyakinkan mereka dengan prediksi ekonomi yang sangat optimis dan potensi kemajuan yang akan terjadi dengan negara mereka berdasarkan hasil penelitiannya. Sehingga pada akhirnya kepala negara tersebut setuju dengan idenya dan mau menjalankan proyek tersebut. Proyek ini membutuhkan dana yang sangat besar diluar kemampuan pembiayaan negaranya sehingga harus berhutang keluar negeri yang pada akhirnya membelenggu negara.

Salah satu contoh riil dirasakan oleh rakyat Indonesia ketika zaman orde baru yang dipimpin oleh Soeharto. Berdasarkan pengakuan EHM pada buku tersebut, pada saat itu ada 11 orang team yang salah satunya adalah John Perkins datang ke Indonesia dan memulai penelitiannya mengenai pembangunan listrik di Indonesia. Perkins ke Indonesia adalah memprediksikan kemajuan-kemajuan yang akan dialami oleh Indonesia ketika membangun pembangkit-pembangkit listrik di nusantara, kemajuan ini dapat dilihat dari pendapatan Negara yang akan meningkat karena dengan membangun listrik ini akan meningkatkan produksi kelompok-kelompok usaha atau perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sehingga pada akhirnya Indonesia tertarik dan mau untuk berhutang ke world bank maupun IMF.

Kesejahteraan dan kemajuan-kemajuan yang diprediksikan EHM ini terbukti hanya sekedar pemanis saja, dan pemanis ini mengandung racun yang sangat berbahaya. Sampai sekarang sangat sulit bagi Indonesia untuk terlepas dari hutang ini, bahkan bunga dari hutang luar negeri Indonesia mendekati jumlah hutang pokoknya.

Berkaca pada pengakuan EHM tersebut mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada era Orde Baru, tidakkah seharusnya pemerintah mengkaji kembali rencara ambisius Presiden Jokowi untuk menjadi Bapak Infrastruktur Indonesia ?

Minggu, April 05, 2009

Penyelesaian Operation Research Problem menggunakan Algoritma Lingo/Lindo

LINDO (Linear, Interactive, and Discreate Optimizer) merupakan suatu software yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan optimasi. Lingo menggunakan syntax yang cukupsederhana dalam penulisan program. Fungsi tujuannya cukup dengan menuliskan MAX untuk mencari nilai maksimum atau MIN untuk mencari nilai minimum dari suatu permasalahan optimasi. Berikut adalah contoh program lindo yang digunakan untuk menyelesaikan problem 3.4-15 dari buku hillier, liberman. “Introduction to Operations Research, 7th Edition” 3.4-15. The Weigelt Corporation has three branch plants with excess production capacity. Fortunately, the corporation has a new product ready to begin production, and all three plants have this capability, so some of the excess capacity can be used in this way. This product can be made in three sizes—large, medium, andsmall—that yield a net unit profit of $420, $360, and $300, respectively. Plants 1, 2, and 3 have the excess capacity to produce 750, 900, and 450 units per day of this product, respectively, regardless of the size or combination of sizes involved. The amount of available in-process storage space also imposes a limitation on the production rates of the new product. Plants 1, 2, and 3 have 13,000, 12,000, and 5,000 square feet, respectively, of in-process storage space available for a day’s production of this product. Each unit of the large, medium, and small sizes produced per day requires 20, 15, and 12 square feet, respectively. Sales forecasts indicate that if available, 900, 1,200, and 750 units of the large, medium, and small sizes, respectively, would be sold per day. At each plant, some employees will need to be laid off unless most of the plant’s excess production capacity can be used to produce the new product. To avoid layoffs if possible, management has decided that the plants should use the same percentage of their excess capacity to produce the new product. Management wishes to know how much of each of the sizes should be produced by each of the plants to maximize profit. (a) Formulate a linear programming model for this problem. (b) Solve this model by the simplex method. dari hasil program tersebut terdapat tiga hasil yaitu Objective Function Value, Objective Coefficient Ranges dan Righthand Slide Ranges. 1. Objective Function Value Merupakan hasil optimal dari program LINDO. Dari penyelesaian diatas didapatkan hasil 597600 yang sebenarnya diperoleh dari substitusi nilai X1,X2,….,X9 pada Z = 420 (X1 + X2 + X3) + 360 (X4 + X5 + X6) + 300 (X7 + X8 + X9) jadi Z = 420 (557.1429 + 342.8571 + 0) + 360 (0 + 30.47619 + 329.5238) + 300 (0 + 295.2381 + 4.761905) = 597.600 reduce cost adalah seberapa besar kenaikan laba (untuk fungsi maksimasi) atau penurunan biaya (untuk fungsi minimasi) agar fariabel keputusan yang bernilai nol pada hasil optimum menjadi bernilai positif. Jadi variable yang bernilai nol merupakan variable keputusan yang tidak terpakai pada formulasi tersebut. Untuk menjadikan veriabel keputusan yang tidak terpakai pada menjadi terpakai, nilai original value variable keputusan harus ditambah reduce cost. Dual prices adalah pertambahan nilai optimal sebesar dual prices apabila pada baris tersebut nilai RHS-nya ditambah ! unit. Pada Slack dan dual prices fungsi kendala aktif bila dual prices mempunyai nilai dan slack bernilai nol, artinya tidak ada slack yang terjadi. Sebaliknya bila fungsi kendala mempunyai slack bernilai positif kita sebut kendala non aktif. Dual prices adalah pertambahan nilai optimal sebesar dual prices apabila pada baris tersebut nilai RHS-nya ditambah ! unit. 2. Objective Coefficient Ranges Objective Coefficient adalah besarnya nilai variable keputusan pada fungsi tujuan. Range disini diartikan sebagai rentang koefisien fungsi tujuan tanpa perubahan hasil optimal variable keputusan. Pada Objective Coefficient terdapat colom variable keputusan, kemudian koefisien fungsi tujuan yang sekarang(current coeff) serta allowable increase/decrease(max/min penambahan/pengurangan). 3. Righthand Slide (RHS) Ranges RHS adalah sumber daya (resources) atau permintaan (demand) pada persoalan linear programming.
bersamboong broo........
ke Penyelesaian Pake' metode SIMPLEX